Wednesday, December 10, 2014

Ayah Bunda | Vaksinasi | September, 2011


Apa pemahaman Mbak tentang imunisasi?
Bagaimana pendapat Mbak bila ada orangtua yang tidak ingin mengimunisasi anaknya? Apa yang menjadi alasannya menurut Mbak? Apakah jumlah mereka sudah banyak di Indonesia?
Bila Mbak – mohon maaf bila salah – juga berniat untuk tidak mengimunisasi anak Mbak, apa yang menjadi alasan Mbak? Lalu, apa yang Mbak lakukan agar anak Mbak tidak terjangkit penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi?
Bila kebetulan anak sakit, termasuk sakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, tindakan apa yang akan Mbak lakukan atau bagaimana menyikapinya?

Saya tidak anti vaksinasi, tapi saya mendukung perilaku konsumen medis yang mempelajari dengan benar risiko dan kandungan yang terdapat pada vaksinasi tersebut, baru kemudian memilihnya dengan sadar.  Yang kurang berkenan bagi saya, adalah perilaku membeo ikut arus vaksinasi hanya karena mayoritas orangtua yang lain melakukannya, tanpa mempelajari sendiri riset yang ada, tanpa berkonsultasi pada intuisi kita sendiri sebagai orang tua.
Imunisasi tidaklah bebas risiko bagi tubuh anak, meskipun dinyatakan aman oleh beberapa pihak. Jika setelah dipelajari plus-minusnya, kita cek intuisi kita, dan kita menyimpulkan vaksinasi tersebut diperlukan bagi sang anak, maka silakan diteruskan. Kalau kesimpulan kita ternyata tidak, maka tidak usah dipaksakan. Intinya, kita harus lebih kritis dan hati-hati.
Sistem kekebalan tubuh punya kekuatan alamiah yang luar biasa, selama kita menjaga hidup yang sehat lewat nutrisi, olahraga, keseimbangan mental emosional. Perlindungan vaksinasi, yang bersifat imunitas buatan, tidak pernah juga efektif 100% dan jangka waktu perlindungannya pun terbatas.  Jadi, pada intinya pencegahan penyakit tetap harus dari gaya hidup sehat secara keseluruhan, tidak hanya mengandalkan vaksinasi saja.
Saya dan keluarga memilih untuk mengobati secara alami terlebih dulu. Penyakit bukanlah sesuatu yang selalu harus diperangi dengan segala cara, dan tubuh sudah punya kecerdasan alamiah untuk menyembuhkan diri. Cuma karena kita terlalu terbiasa menyikapi sakit dengan reaksi ketakutan, jadi muncul gejala sedikit kita sudah cekoki berbagai obat, yang belum tentu ramah untuk tubuh.
Saya dan suami memutuskan untuk tidak memvaksinasi Atisha karena kami justru ingin daya tahan tubuhnya berkembang maksimal tanpa intervensi yang terlalu dini. Sejak kelahirannya dengan metode gentle birth di rumah, hingga sekarang di usianya hampir 15 bulan, sistem imun Atisha keliatannya cukup kuat, jarang sekali sakit, dan belum pernah diberi obat medis apa pun sama sekali. Bila anak kami sedang kurang sehat, biasanya diterapi di rumah dengan pijat dan homeopati saja, serta tentunya ASI bagi Atisha.
Jika suatu hari, kami merasa imunisasi diperlukan, kami akan memilih vaksinasi homeopati yang berdasarkan riset, jauh lebih aman ketimbang vaksinasi alopati (riset dokter Isaac Golden). Untuk referensi tentang imunisasi yang aman, kami mempelajari antara lain: buku-buku & riset Sherri Tenpenny, MD (www.drtenpenny.com), film dokumenter Vaccine Nation – Gary Null, selain itu informasi mengenai vaksinasi juga banyak di internet. Bagi saya sudah menjadi tanggung jawab orang tua untuk menggali informasi tersebut, dan tidak hanya mengandalkan “kata orang”, atau informasi dari satu dokter saja. Opini mengenai vaksinasi tidak berarti bebas bias, jadi yang lebih penting, kita juga cek intuisi kita sebagai orang tua.