Tuesday, December 16, 2014

Hers Magazine | Profil | Juli, 2005 | by Ina


Orang pertama kali mengenal Anda sebagai penyanyi, bagaimana ceritanya sampai tiba-tiba Anda ingin jadi penulis? 

Sebetulnya hobi menulis itu sudah sejak kecil sekali, bahkan bisa dibilang sebelum menyanyi. Kalau hobi bermusik lebih dulu subur karena terdorong oleh keluarga dan lingkungan yang pecinta seni semua, tapi hobi menulis benar-benar hadir secara independen. Saya juga tidak pernah ikut lomba atau aktif mengirim ke media cetak, jadi betul-betul asyik buat sendiri saja. Paling-paling saya sebar ke teman-teman sendiri dan keluarga. Meskipun begitu, keinginan untuk menulis buku memang sangat kuat, hanya tunggu timing dan karya untuk menjadi titik awal, dan itu saya temukan ketika mulai menggarap naskah Supernova tahun 2000. Saya berpikir ‘inilah saatnya, inilah yang akan menjadi buku pertama saya’. Dan itu juga bedanya dengan karier musik saya yang berjalan mengalir begitu saja, it’s given, sementara dalam menulis I have to make it happen. Ada satu awalan yang saya mulai sendiri, yakni menerbitkan dan memasarkan Supernova secara independen.

Kenikmatan apa yang Anda dapatkan saat menulis?

Bagi saya, menulis itu menjadi media komunikasi saya dengan jiwa. I’m communicating with myself, between the little self and the Big Self. Dalam level substansi, bagi saya menulis bukan lagi sekadar hobi tapi kebutuhan rohani. It’s how I keep my sanity.

Apa yang biasanya menjadi inspirasi utama Anda dalam menulis?

Cinta – evolusi dan metamorfosanya. Karena dinamika pemahaman kita akan Cinta itu sejalan dengan dinamika pemahaman kita akan diri, dunia, dan Tuhan.

Dari keseluruhan seri novel Supernova, mana yang paling Anda sukai?

Ketiganya merupakan pengalaman yang tak terbandingkan. Dan itu yang ingin saya dapat sekaligus hadirkan dalam Supernova, setiap seri merupakan pengalaman yang berbeda-beda. Dalam Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (KPBJ) saya mendapatkan kepuasan eksplorasi berpikir, keindahan saat rasio dan insting melebur. Sementara dalam Akar saya mendapat pengalaman mind traveling, saat pikiran saya harus mengikuti jejak Bodhi ke berbagai tempat. Kalau Petir saya bisa melepaskan sisi ‘gila’-nya Dewi Lestari yang sebenarnya sangat senang bercanda.

Misi atau pesan apa yang sebenarnya ingin Anda sampaikan dalam keseluruhan buku Supernova?

Supernova merupakan cerminan pergelutan spiritual kaum muda dalam zaman Aquarius, yang mana peran generasi kita pada zaman ini sangat krusial dalam penentuan nasib dunia kelak. Value utama dalam Supernova adalah self-inquiry. Kita harus menggali diri kita ke dalam untuk tahu identitas kita yang sesungguhnya, dan setelah itu didapatkan maka niscaya kita akan memperlakukan diri kita, Bumi, dan sesama makhluk hidup, dengan respek dan tanggung jawab. 

Karakter yang Anda tulis dalam setiap seri Supernova apakah secara tidak langsung menggambarkan pribadi dan karakter Anda sendiri? 

Setiap karya tentunya merupakan ekspresi subjektif penciptanya. Supernova tidak terkecuali. Kalaupun tidak langung merupakan penggambaran Dewi Lestari, tapi pastinya pikiran maupun ide-ide saya tertumpangkan ke dalam tokoh-tokoh Supernova maupun alur ceritanya.

Bagaimana Anda menggambarkan karakter dan kepribadian Anda?

I’m multidimensional. Tanggal lahir saya perbatasan Capricorn-Aquarius, shio saya perbatasan Kelinci dan Naga. So I guess my personality is a mix between equally strong but contrast qualities, and my challenge is to bring the best out of those two sides and at the same time learn to embrace the down sides of both.

Anda juga dikenal sebagai pecinta lingkungan hidup, ada nggak niatan untuk menulis buku tentang lingkungan?

 Tentunya ada. Saya akan memulainya dengan seri Supernova berikut yakni Partikel di mana tokoh utamanya, Zarah, adalah seorang environmentalist yang juga berprofesi sebagai seorang nature photographer. Walaupun masih dalam kerangka besar Supernova, tapi setidaknya ide-ide dan pesan-pesan saya tentang urgensi isu lingkungan bisa tersalurkan.

Atau mungkin, salah satu seri buku Supernova ada yang ingin dikembangkan menjadi film layar lebar, tertarikkah Anda untuk menulisnya menjadi naskah skenario film?

Hmm. Masih belum kepikiran, sih. Kalau keinginan untuk bikin skenario film sih ada, tapi mungkin bukan Supernova. Karena bagi saya Supernova masih cerita yang belum utuh tamat, kalau serial itu selesai mungkin-mungkin saja kemungkinan itu jadi terbuka. 

Lirik-lirik yang pernah Anda tulis dalam album RSD terdengar sangat puitis dan filosofis? Dari mana Anda mendapatkan sumber inspirasi dan imajinasi dalam merangkainya menjadi satu kalimat lirik lagu? Apakah itu hanya karangan atau ada hubungannya dengan pengalaman pribadi Anda?

Dari semua tipe kepenulisan, bagi saya menulis lirik lagu merupakan pekerjaan yang paling menantang sekaligus paling memuaskan. Kita harus mengkondens cerita dalam beberapa bait dan harus mengawinkannya dengan melodi sehingga peleburan itu terasa sempurna dan bukan tempelan. Analoginya, bagi saya membuat lirik itu seperti ngisi TTS. Menantang otak sekaligus rekreasi. Nggak semua pengalaman pribadi, tapi sedikit banyak ada tercampur-campur. Karena tetap dong butuh dramatisasi, tidak semuanya kisah pribadi itu cukup menarik untuk diangkat, hehe.

Bagaimana cara Anda mendidik atau menanamkan nilai-nilai pendidikan pada si kecil? 

Karena Keenan masih 10 bulan, mungkin belum terlalu terasa, ya. Tapi saya sih natural saja sama dia. Jangan malu untuk jadi jelek atau gila-gilaan, pokoknya we just have to be fun. Yang paling penting  bagi saya adalah dia tumbuh dalam kasih. Interaksi kita harus akrab, nggak formal. Dia juga harus diajarkan untuk cinta lingkungan dan respek sama makhluk lain.

Adakah obsesi untuk ‘mempersiapkan’ si kecil menjadi penulis atau seniman seperti Anda? Atau ada obsesi lain? 

Kami sebagai orang tua sudah pasti akan membesarkan anak dengan tendensi. Sama seperti ayah saya yang suka musik, sekalipun dia tidak menyuruh kami jadi musisi, tapi dengan menghadirkan alat musik di rumah, sering bernyanyi-nya, dsb, akhirnya kami jadi terbawa. Keenan juga pasti tumbuh besar dalam tendensi profesi kami berdua. Saya pasti akan mendekatkan dia dengan buku, dengan musik, dengan seni. Ayahnya pasti mengajak dia ikut main drum, atau membawa dia ikut kalau show, dsb. Saya nggak tahu outcome dari itu semua, apakah kemudian dia mengikuti jejak kami berdua atau tidak, yang jelas kami akan berusaha memfasilitasi semua potensi dia. I just want him to become the best at what he’s good at.

Rencana Anda ke depan baik sebagai penulis atau penyanyi?

Untuk menulis ya tentunya menamatkan serial Supernova, menerbitkan kumpulan cerita dalam waktu dekat. Kelak, saya ingin menulis cerita anak. Untuk nyanyi penginnya bikin album solo, tapi nggak ngoyo. Kalau bisa terealisasi tahun ini sudah bagus banget.