Monday, April 27, 2015

Harian KOMPAS | Produk Lokal | April, 2015 | by Fellycia Nova Kuaranita


Saat ini, dalam memilih barang, apakah Mbak Dee merasa penting untuk sebisa mungkin memilih produk-produk lokal? Jika iya, apa pertimbangannya?

Untuk kebanyakan barang, terutama pangan, saya sebisa mungkin pilih lokal. Pilihan konsumen itu sebetulnya punya implikasi besar, bahkan politis, apa yang kita pilih di supermarket atau pasar ibaratnya voting untuk menentukan arah perekonomian bangsa dan nasib banyak orang. Saya merasa manfaat sosial, ekonomi, dan ekologinya jauh lebih banyak jika kita memilih barang lokal. Secara langsung dan tidak langsung kita membantu pengrajin, produsen, petani, bahkan ikut memangkas emisi karbon karena barang impor punya jejak karbon yang lebih besar ketimbang barang lokal.

Biasanya, Mbak Dee menggunakan produk/barang lokal untuk kebutuhan apa saja?

Untuk pangan hampir selalu saya pilih produk lokal. Untuk sandang, tergantung kebutuhan. Jika punya kesempatan tampil di forum internasional, saya selalu mengusahakan memakai busana desainer lokal.

Khususnya dalam hal pangan, bagaimana Mbak Dee menerapkan gaya hidup untuk mengonsumsi produk pangan lokal? Menurut Mbak Dee, apa keuntungannya?

Dari kesegaran, menurut saya lebih baik memilih produk pangan lokal karena mata rantai perjalanannya lebih pendek ketimbang impor. Hanya kalau butuh produk yang spesifik yang memang belum diproduksi di sini, baru saya pakai yang impor.

Apakah penting bagi Mbak Dee untuk memilih produk yang sudah terstandarisasi (misalnya SNI)? Mengapa?

Tergantung produknya sih, kalau produk kemasan dan produk elektronik misalnya, saya biasa cari yang sudah ada SNI atau ISO-nya. Tapi untuk produk segar, biasanya saya perhatikan konsistensi dan sertifikasinya, karena saya cenderung memilih yang organik.

Sebagai konsumen, apa saran atau usul Mbak Dee untuk meningkatkan kualitas produk lokal secara umum? (monggo ditambahkan jika ada komentar atau usul lain tentang produk/pangan lokal yang lebih spesifik)

Secara umum, sepertinya yang kita butuhkan adalah inovasi dan kemasan. Pengemasan barang, dalam arti desain hingga pemasaran, akan sangat menentukan dia diminati atau tidak. Juga inovasi, pemanfaatan tekstil tradisional dikawinkan dengan desain modern, misalnya, akan sangat membantu produk tersebut punya market yang lebih luas.

Menurut Mbak Dee, apa saja tantangan dalam mengajak masyarakat Indonesia secara umum untuk mencintai yang lokal, baik produk industri maupun pangan?

Kepercayaan konsumen, tata niaga yang juga sepertinya lebih bisa disokong oleh pemerintah, akan menentukan minat terhadap produk lokal. Kebetulan saya sering mengikuti rembukan teman-teman yang merintis BEKRAF. Tantangannya memang banyak dan besar, terutama bagaimana mensinergikan kebijakan pemerintah agar kondusif bagi industri dan kreator lokal.